“MELAWAN MITOS, SI ANAK DEPOK PIMPIN PB HMI”
Kongres Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Ke-32 yang dihadiri oleh 200-an Peserta dari seluruh cabang baik di dalam Negeri maupun luar Negeri telah berakhir pada hari senin, 11 Desember 2023. Kongres yang awalnya telah ditetapkan harus berakhir pada tanggal 29 November 2023, sejak dimulai pada tanggal 24 November 2023, di Bumi Khatuslistiwa Kota Pontianak harus molor karena dinamika kongres yang begitu alot. Waktu lima hari kiranya tidak cukup untuk menyatukan ribuan pikiran dalam waktu yang begitu singkat. Alhasil Steering Commite dan Panitia harus memutar otak agar semua agenda pembahasan kongres tetap berjalan dan terselesaikan walaupun harus memindahkan lokasi kongres ke Sport Center Kodam Jaya.
Di Sport Center, Kongres tetap dilanjutkan, kawanan bersenjata (Polisi, Brimob, dan TNI) semakin banyak lengkap dengan segala atributnya, mobil ambulance telah parkir di samping arena Kongres sebagai bentuk tindakan preventif atas keamanan dan keselamatan semua orang. Apalagi proses kongres memasuki Pleno empat, salah satu pleno bagi semua anak HMI sebagai fase yang paling krusial karena hanya melahirkan satu pemimpin diantara 32 Kandidat Ketua Umum yang mencalonkan diri. Dan di fase ini sekaligus menjadi ujian tertinggi dalam perbedaan pilihan bagi ribuan peserta yang ada.
Bukan HMI namanya jika kongres tidak diwarnai intrik, tensi dinamika di dalam dan di luar forum semakin tinggi, silang pendapat antara peserta semakin tidak terhindarkan dan sedikit bergeser, lagu Hymne HMI sukses menjadi obat peredam menurunkan tensi dinamika yang terjadi.
“MELAWAN MITOS”
Dalam dinamika Kongres, ada sebuah “mitos” yang umumnya sering diucap dan dilekatkan kepada “kandidat yang dianggap paling kuat, akan kalah”. Hal ini diyakini oleh sebagian orang, dikarenakan sering dialami oleh pendahulu-pendahulu sebelumnya yang datang dengan status calon terkuat yang pada akhirnya dikalahkan oleh kandidat yang awalnya dianggap lemah dalam pertarungan Ketua Umum.
Diantara 32 Calon Kandidat Ketua Umum yang ditetapkan Stering Commite satu diantaranya, adalah “Si Anak Depok” (Bagas Kurniawan), Mantan Ketua Umum HMI Cabang Depok, Alumnus Universitas Indonesia. Menjelang Kongres, Ia didukung oleh 45 Cabang, jumlah dukungan tersebut menjadikannya sebagai kandidat yang memiliki dukungan terbanyak diantara Calon Kandidat Ketua Umum lainnya.
Datang dengan status kandidat terkuat, “Si Anak Depok” ditempatkan sebagai musuh bersama oleh sebagian besar kandidat lainnya. Hal ini terlihat dari “pembentukan poros besar” oleh 24 Kandidat. Ia tidak diberi akses masuk ke dalam poros atau istilah salah satu kompetitornya Ali Zakiyyudin “Bagas harus Dikotakin”.
Poros ini sebagai arus perlawanan besar dengan misi mengalahkan “Si Anak Depok”, dan kondisi ini sekaligus memberikan ujian bagi “Si Anak Depok” untuk melawan “mitos” atau menerima “mitos”.
“PIMPIN PB HMI”
Untuk menjawab “mitos” tersebut, nasib “Si Anak Depok” ditentukan melalui putaran pertama dengan sistem satu cabang satu suara (one man one delegation), sistem ini sekaligus memberikan gambaran real terhadap siapa kandidat yang terkuat dan yang diunggulkan.
Hasil pemungutan suara menempatkan “Si Anak Depok” pada posisi kedua dengan perolehan 48 Suara, sedangkan rival terkuatnya “Ali Zakiyudin” berada pada posisi pertama dengan jumlah perolehan 52 suara, posisi ketiga ditempati Husnul Qory dengan jumlah 46 suara, posisi keempat ditempati Jusrianto dengan 30 suara, posisi kelima ditempati Rifki Hamdani dengan 22 suara, dan Posisi keenam ditempati Riyanda Barmawi dengan 19 suara.
Hasil tarung papan menggeser status kandidat terkuat “Si Anak Depok” kepada “Ali Zakiyyudin” sebagai kandidat terkuat dari Poros 24 Kandidat, dan kiranya upaya “Ali Zakiyyudin” untuk “kotakin” (menempatkan “Si Anak Depok” di luar poros) sejak awal terbilang sukses, sehingga membuat “Si Anak Depok” harus menerima kenyataan pada posisi kedua.
Alih-alih menang dengan status terkuat yang diunggulkan sebagai pemenang justru keadaan berbalik kepada “Ali Zakiyyudin”. Disinilah “mitos” bekerja mencari mangsa untuk dijadikan korban. Tidak butuh waktu yang lama, Husnul Qory, Jusrianto, Rifki Hamdani, dan Riyanda Barmawi, memberikan seluruh dukungannya kepada “Si Anak Depok” dan sekaligus mempertegas kemenangannya secara aklamasi.
“Ali Zakiyyudin” bukan hanya korban “mitos”. ia termakan dengan istilahnya sendiri, yaitu “kotakin Bagas” yang artinya “Bagas di luar Poros”. Dan diakhir kompetisi ia malah “dikotakin” (berada di luar arena kongres), sedangkan “Si Anak Depok” berada dalam forum untuk di baiat sebagai Pimpinan Himpunan Mahasiswa Islam. Ia adalah Bagas Kurniawan, Penggagas “HMI UNTUK INDONESIA”.